Kita bisa
mengucapkan suatu afirmasi atau sugesti kepada seseorang dalam kondisi sadar
tanpa hasil apapun, tetapi apabila kita mengucapkan sugesti yang sama dalam
kondisi hypnosis, maka hasilnya sangat luar biasa. Mengapa bisa demikian?
- Artikel ini akan menjawab pertanyaan tersebut.
Dalam ilmu hypnosis, pikiran
manusia diibaratkan seperti bawang yang berlapis-lapis. Manusia mempunyai dua
jenis pikiran yang bekerja secara simultan dan saling mempengaruhi, yaitu pikiran
sadar dan pikiran bawah sadar.
GAMBAR MODEL PIKIRAN MANUSIA
Pikiran sadar / conscious mind adalah proses mental yang Anda sadari dan bisa Anda
kendalikan. Pikiran bawah sadar / subconscious mind adalah proses
mental yang berfungsi secara otomatis sehingga Anda tidak menyadarinya.
Besarnya pengaruh pikiran sadar
terhadap seluruh aspek kehidupan seseorang, misalnya sikap, kepribadian,
perilaku, kebiasaan, cara pikir, dan kondisi mental seseorang hanya 12%.
Sedangkan besarnya pengaruh pikiran bawah sadar adalah 88%. Untuk mudahnya
kita bulatkan menjadi 10% dan 90%. Dari sini dapat kita ketahui bahwa pikiran
bawah sadar mengendalikan diri kita 9 kali lebih kuat dibandingkan pikiran
sadar.
Pikiran sadar mempunyai fungsi
mengidentifikasi informasi yang masuk, membandingkan dengan data yang sudah
ada dalam memori kita, menganalisa data yang baru masuk tersebut dan
memutuskan data baru akan disimpan, dibuang atau diabaikan sementara.
Sementara itu pikiran bawah sadar
yang kapasitasnya jauh lebih besar dari pikiran sadar mempunyai fungsi yang
jauh lebih komplek. Semua fungsi organ tubuh kita
diatur cara kerjanya dari pikiran bawah sadar. Selain itu nilai-nilai yang
kita pegang, sistem kepercayaan dan keyakinan terhadap segala sesuatu juga
disimpan di sini. Memori jangka panjang kita juga terdapat dalam pikiran
bawah sadar.
Garis
putus-putus (pada gambar di atas) meng-ilustrasi-kan Critical Factor. Critical
Factor adalah bagian dari pikiran yang selalu menganalisis segala informasi
yang masuk dan menentukan tindakan rasional seseorang. Critical Factor
ini melindungi pikiran bawah sadar dari ide, informasi, sugesti atau bentuk
pikiran lain yang bisa mengubah program pikiran yang sudah tertanam di bawah
sadar.
Ketika
kita dalam kondisi sadar seperti sekarang ini, Critical Factor akan
menghalangi afirmasi atau sugesti yang ingin kita tanamkan ke pikiran bawah
sadar. Sugesti yang diucapkan dalam kondisi sadar terhalang oleh Critical
Factor, sehingga efeknya sangat kecil atau bahkan tidak ada sama sekali.
Saat
hypnotist melakukan hypnosis, yang terjadi adalah hypnotist mem-by-pass
Critical Factor subjek (orang yang dihipnotis) dan langsung berkomunikasi
dengan pikiran bawah sadar subjek. By-pass di sini jangan disalah artikan
sebagai suatu bentuk manipulasi. Menembus Critical Factor ini dilakukan
dengan suatu teknik yang dinamakan "induksi".
Induksi bisa dilakukan dengan cara membuat pikiran sadar subjek dibuat sibuk, lengah, bosan, bingung (tidak memahami) atau lelah sehingga pintu gerbang menuju pikiran bawah sadar, yaitu Critical Factor terbuka atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Karena Critical Factor terbuka atau pengawasannya lemah maka sugesti akan langsung menjangkau pikiran bawah sadar.
Critical
Factor menjadi tidak aktif ketika seseorang dalam kondisi trance hypnosis.
Maka dari itu, semua sugesti - selama tidak bertentangan dengan sistem
kepercayaan dan nilai-nilai dasar yang dianut seseorang - akan diterima oleh
pikiran bawah sadar sebagai kebenaran, kemudian disimpan sebagai program
pikiran. Program pikiran yang sudah ditanamkan melalui sugesti dalam kondisi
hypnosis, akan menjadi pemicu perubahan yang seketika dan permanen.
Konflik Pikiran Sadar dan Pikiran
Bawah Sadar
Apabila terjadi konflik antara
pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, maka pikiran bawah sadar selalu
menang. Kita ambil seorang perokok yang kesulitan berhenti merokok. Kebiasaan
merokok adalah hasil kerja dari pikiran bawah sadar. Sedangkan keinginan
untuk berhenti merokok adalah hasil logika pikiran sadar. Perokok ingin
berhenti merokok karena jelas rokok merugikan secara kesehatan maupun
ekonomi. Namun logika bahwa rokok itu merugikan kesehatan dan menguras
kantong terkalahkan oleh kebiasaan yang sudah tertanam kuat di pikiran bawah
sadar.
Havens dan Walter dalam bukunya
Hypnotherapy Scripts: A Neo-Ericksonian Approach, menyebutkan antara pikiran
bawah sadar dan pikiran sadar dapat diibaratkan seorang Kapten dengan Anak
Buah Kapal (ABK). Sedangkan diri Anda adalah kapal itu sendiri. Kapten
sebagai pikiran sadar menentukan arah dan tujuan kapal, sedangkan ABK sebagai
pikiran bawah sadar yang menjalankan kapal.
Kapal akan selamat sampai di
tujuan jika ada kerja sama yang baik antara nakhoda dengan ABK. Masalah akan
timbul bila terjadi perbedaan tujuan antara Kapten dengan ABK. masalahnya,
Kapten (pikiran sadar) kadang tidak tahu apa yang di-inginkan ABK (pikiran
bawah sadar), sehingga kehidupan seolah tidak seperti yang Anda inginkan.
Padahal itu adalah keinginan ABK yang seharusnya Anda pimpin.
Hypnosis memungkinkan Anda untuk
meningkatkan kendali terhadap Pikiran Bawah Sadar Anda. Sehingga Anda bisa
menggunakan daya yang sangat besar itu untuk kesembuhan, kesuksesan dan
pengendalian diri. Dengan hypnosis Anda pun bisa menghilangkan
kebiasaan-kebiasaan negatif, misalnya kebiasaan merokok dan menunda pekerjaan.
Banyak hal yang bisa didapatkan
dari hypnosis
Menanamkan sugesti untuk merubah
pribadi menjadi lebih baik hanyalah salah satu manfaat dari hypnosis.
Hypnosis bisa digunakan untuk berbagai macam keperluan. Dengan hypnosis, kita
bisa meng-akses pikiran bawah sadar. Itu artinya, semua fungsi pikiran yang
merupakan bagian pikiran bawah sadar bisa kita "utak-atik".
Misalnya:
|
Rabu, 07 November 2012
cara hipnotis
Selasa, 06 November 2012
PIP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang
peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu
komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per
kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin
menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102
(1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk
Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12
dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang
dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya
saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang
disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia
hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara
di dunia.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya
ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal.
Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain.
Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan
sumber daya manusia di negara-negara lain.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga
ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata
hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan
sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program
(MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat
pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia
antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran.
Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun
permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
(1).
Rendahnya sarana fisik,
(2).
Rendahnya kualitas guru,
(3).
Rendahnya kesejahteraan guru,
(4).
Rendahnya prestasi siswa,
(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
(6).
Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
(7).
Mahalnya biaya pendidikan.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia ?
- Apa saja faktor penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia ?
- Apa saja akibat dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia ?
- Bagaimana cara meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Menggambarkan kualitas
pendidikan di Indonesia
saat ini.
2.
Memaparkan hal-hal yang menjadi
penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
3.
Menyebutkan akibat-akibat dari
rendahnya pendidikan di Indonesia.
4.
Memberikan solusi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kualitas Pendidikan di Indonesia
Seperti yang telah kita ketahui, kualitas
pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini terbukti dari kualitas guru,
sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak
orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan
dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi
guru. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut,
tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru
berpengalaman yang pensiun.
Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor
semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah
terbelakang. Kurangnya perhatian pemerintahan terhadap pendidikan di daerah
pelosok, membuat pendidikan di daerah terpencil, sering kali tidak terjamah.
B. Faktor Penyebab
Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan
di Indonesia secara umum, yaitu:
1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan
yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan
dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian,
pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat
meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah.
Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah
satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan
pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai
gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah
terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin
tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa
pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber
daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal
tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang
tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah
yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah.
Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya,
seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program
studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika
dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan
bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan
sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya
efektifitas pendidikan di Indonesia.
2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas
dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Beberapa masalah efisiensi
pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan
dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan
kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam
peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di
Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dapat kita lihat bahwa
pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara
lain. Namun, hal tersebut tidak menjamin bahwa proses pendidikan yang lama akan
menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efisien. Karena banyak peserta didik
yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa,
dan sebagainya untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.
Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran
adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta
didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan
tambahan untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang maksimal.
Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting
dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Namun, hal ini belum
diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia yang sering berubah-ubah sehingga
membingungkan pendidik dan peserta didik. Di sisi lain, sistem pendidikan yang
berubah-ubah juga menambah “cost” biaya pendidikan yang jumlahnya tidak
sedikit.
3. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
Kualitas pendidikan di Indonesia sekarang ini hanya
diukur oleh standar dan kompetensi. Dan adanya hal tersebut dibentuklah
badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi seperti Badan
Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan
bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan
yang diambil efektif dan dapat digunakan. Bagi mereka yang terpenting adalah
memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal di atas menggambarkan bahwa pendidikan di
Indonesia telah kehilangan makna dan tujuan karena terlalu menuntut standar
kompetensi peserta didik. Hal itu menjadi salah satu penyebab rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia.
Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi
kontrofesi misalnya. Sistem evaluasi seperti UAN memang baik, hanya saja evaluasi
pendidikan tersebut dijadikan penentu lulus tidaknya peserta didik selama
mengikuti pendidikan dan tanpa melihat proses yang dilakukan peserta didik yang
telah menempuh proses pendidikan selama beberapa tahun.
Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas
pendidikan di atas, berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa
masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah
dan perguruan tinggi di Indonesia yang gedungnya rusak, kepemilikan dan
penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap, laboratorium
tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.
Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki
perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
Hal tersebut terlihat dari banyaknya
sekolah-sekolah dasar (SD) yang mangalami kerusakan gedung baik ringan maupun
kerusakan berat. Keadaan ini juga terjadi
di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK.
2. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat
memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai
untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003
yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian
dan melakukan pengabdian masyarakat.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan
dinyatakan tidak layak mengajar. Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan
dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Meskipun guru dan pengajar bukanlah
satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan. Namun, tidak dapat
dipungkiri bahwa pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi,
sebagai cermin kualitas pendidikan. Sehingga tenaga pengajar sangat berpengaruh
pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru terkait dengan kualitas
pendidikan di Indonesia. Hal ini terlihat dengan masih banyaknya guru yang
belum diangkat menjadi PNS, sehingga pendapatan rata-rata guru yang belum
diangkat menjadi PNS tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dengan keadaan seperti itu, banyak guru yang terpaksa melakukan pekerjaan
sampingan. Ada yang mengajar di sekolah-sekolah lain, memberi les pada sore
hari dan sebagainya.
4. Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan sarana fisik, kualitas guru, dan
kesejahteraan guru yang masih rendah, menyebabkan pencapaian prestasi pserta didik di Indonesia menjadi
tidak memuaskan. Hal ini terlihat dari pencapaian pelajarIndonesia yang masih
berada di peringkat bawah dalam dunia internasional. Bahkan prestasi pelajar
Indonesia masih jauh di bawah pelajar Singapura dan Malaysia sebagai negara
tetangga terdekat. Apalagi minat baca pelajar Indonesia sangatlah kecil
dibandingkan dengan negara-negara lain. Sehingga sangatlah sulit bagi pelajar
Indonesia untuk bersaing di dunia internasional.
5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Pendidikan di Indonesia masih belum bisa mencakup
seluruh lapisan masyarakat. Hal ini terlihat dari masih banyaknya anak-anak
Indonesia yang putus sekolah karena tidak adanya biaya untuk bersekolah.
Sehingga anak-anak tersebut sulit mengmbangkan potensi yang mereka miliki.
Keadaan ini sangat bertolak belakang dengan sebagian anak Indonesia yang
mendapatkan kesempatan bersekolah. Ini menggambarkan bahwa kesempatan
pendidikan belumlah merata untuk seluruh anak-anak Indonesia.
6. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
Salah
satu penyebab hal tersebut adalah kurikulum yang materinya kurang fungsional
terhadap ketrampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya lulusan yang menganggur, baik lulusan dari SMA, Diploma, bahkan
Perguruan Tinggi. Sehingga menyebabkan masalah tersendiri dalam bidang ekonomi.
7. Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering
muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat
untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman
Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak
memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak
lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk
melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang
merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.
C. Akibat Rendahnya Kualitas
Pendidikan di Indonesia
Secara
umum, rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dapat mengakibatkan
bermacam-macam hal. Berikut adalah beberapa akibatnya
a.
Bangsa Indonesia sulit
manyesuaikan diri dengan bangsa-bangsa lain yang kualitas pendidikannya lebih
tinggi, misalnya di bidang teknologi.
b.
Bangsa Indonesia
kurang mampu mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada.
c.
Bangsa Indonesia di mata dunia hanya di
pandang sebelah mata, karena dianggap tidak “sekelas” dengan Negara-negara lain.
D. Cara Meningkatkan
Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara
garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan
mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti
diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang
diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam
konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip
antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik,
termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada,
khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik,
kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga
perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan
sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam.
Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem
ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung
segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut
hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya
untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis
dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem
pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi
peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan
untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi
solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran,
meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih
sangat rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara
lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan
standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya
yang menjadi penyebabnya yaitu:
(1).
Rendahnya sarana fisik,
(2).
Rendahnya kualitas guru,
(3).
Rendahnya kesejahteraan guru,
(4).
Rendahnya prestasi siswa,
(5).
Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
(6).
Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
(7).
Mahalnya biaya pendidikan.
Adapun solusi yang dapat diberikan dari
permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan kualitas guru serta
prestasi siswa. Sehingga kualitas pendidikan di Indonesia akan meningkat yang
akan menyebabkan sumber daya manusia yang ada mampu membawa bangsa ini dapat
bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.
DAFTAR PUSTAKA
http://forum.detik.com./
06 Desember 2009
http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/
05 Desember 2009
http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2008/04/efektivitas-dan-efisiensi-anggaran./
09 Desember 2009
Pidarta, Prof. Dr. Made.
2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia./ 05 Desember 2009
Langganan:
Postingan (Atom)